Wednesday, December 22, 2010

A journey to COP16 in Cancun, Mexico


The United Nations Climate Change Annual Summit (referred to as COP 16) is now over. All parties, observers, and media have gone home and returned to their normal activities. But the processes and stories of COP 16 are still relevant and still need to be told.

Many people had high expectations for the event; after the failures of COP 15, the pressure for delegations to deliver was even more intense. The expectations of others, particularly those of the youth constituency was even higher; many young people, including myself, took a long journey to pressure our leaders, urging them to take legal binding action

Selected by the British Council, I embraced the opportunity to join 16 with other climate champions from around the world. Our team reflected the global reach of the British Council: European, African, Indian, South Asian, Chinese, and East Asian representatives all banded together to show that intercultural relations and education are essential ingredients of any climate change debate.

I was nominated for two reasons. First, my journey emitted less carbon because I started the trip from Arkansas in the USA. Second, because I initiated a sustainable cocoa plantation project that has reduced carbon dioxide emissions, created jobs and improved the well being of local farmers. By accepting this offer, I faced the challenge to engage in the youth movement against climate change.

Since arriving in Cancun, Mexico, I have participated in numerous events from early morning to midnight. First, Conference of Youth (COY) - is a conference that is facilitated by young people from all over the world to voice their concerns on climate change. Second, Side events - essentially these are workshops or panel discussions that look at many issues related to environmental change such as forestry, technology, etc. Third, World Climate Summit – the WCS is the business and finance conference which seeks to accelerate solutions to climate change.

All these events offered me the chance to deepen my understanding of how climate change is being tackled on the ground, at various levels of governance’s actions.

Seeking to get closer to the action, I also participated in a meeting with the Indonesian delegation. This allowed me to see how national delegations position themselves in relation to the bigger picture, form coalitions and find ways to ensure that their national interests are taken into account.

By contrast, I was lucky enough to have informal discussions with Nicholas Stern (an economist from London Schools of Economic), the UK ambassador to Mexico and the Minister for the Environment of Wales. These activities, above all else, shaped my perceptions about the UN process, my understanding of its importance to tackling climate change and Indonesia’s environmental future policy.

Equally important, these experiences have inspired me to engage more young people in my project, to work passionately on environmental issue, and share this knowledge to more people including youth and children.

Ban Ki-Moon, Secretary-General of United Nation, said in a statements at the High Level Segment of COP 16 and CMP 6 “We are here for one reason: to protect people and the planet from uncontrolled climate change…the longer we delay, the more we have to pay – economically, environmentally, and in human lives”.

These sentiments echo the perceptions of millions of people who are frustrated with the protracted nature of the climate change negotiations. Ban Ki-moon is not alone in urging world leaders to take real action.

We understand that a legal binding agreement is still not a certainty. But the earth cannot wait any longer for empty promises. Regardless of the results of COP16, actions speak louder than words.

That action has to start with ourselves, our family, and our community. I believe that micro-actions, such as turning off the lights, using energy efficient light bulbs or public transport will make a big difference. We need everyone to ‘pitch in’ so that our governments see that reducing, reusing and recycling is not simply the behavior of green individuals, but a wider societal movement toward a sustainable future.

Act now before it’s too late.

Thursday, December 9, 2010

Malam special bersama Menteri Lingkungan Hidup Wales dan Duta Besar Inggris untuk Mexico



British Council global kembali membuat kejutan untuk para climate championnya. Belum habis cerita tentang pertemuan dengan seorang ekonomis yang sangat berpengaruh, Nicolas Stern, British Council kembali mempertemukan pemuda dan pemudi yang tergabung dalam Climate Champion dengan Menteri Lingkungan Hidup, Pembangunan yang berkelanjutan, dan perumahan Wales Jane Davidson, dan Duta Besar Inggris untuk Mexico Judith McGregor.

Pertemuan itu berlangsung disebuah acara yang adakan oleh kedutaan Inggris dengan menghadirkan para bisnismen dari Inggris dan dari berbagai negara. Acara ini bertujuan mengajak para pembisnis untuk ambil bagian dalam pencegahan perubahan iklim dengan konsep green solution.

Walaupun sudah dijadwalkan untuk bertemu dengan Jane Davidson dan Judith McGregor, para climate champions tidak sengaja berbicara langsung dengan Duta Besar Inggris untuk Mexico Judith McGregor sebelum acara dimulai. Setelah Climate Champions memperkenalkan diri dan asal negara, McGregor terlihat sangat gembira dengan keberadaan generasi muda di acara UNFCCC. Beliau kemudian mengajak semua climate champions berdiri di depan panggung.

Setelah membuka acara, McGregor mengatakan bahwa para Climate Champions British Council yang datang dari berbagai negara ada ditengah acara ini dan mengikuti acara UNFCCC. Beliau kemudian mengajak para climate champions untuk naik ke panggung dan memperkenalkan diri. Beliau sangat berkesan dengan keberadaan para climate champion dan mengatakan bahwa pemuda juga mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah perubahan iklim.

Sama halnya dengan McGregor, Menteri Lingkungan Hidup, Pembangunan yang berkelanjutan, dan perumahan Wales, Jane Davidson, dalam pidatonya juga memberi respon yang sangat positif mengenai peran dan keberadaan pemuda dalam konfenrensi perubahan iklim. Secara specifik, Davidson mengatakan "Youth are the leader of tomorrow. They know what they want for their future life, therefore they should be given the opportunity to involve in UNFCCC conference" (Pemuda adalah pimpinan masa depan. Mereka tau apa yang mereka mau untuk masa depan, oleh karena itu mereka harus diberikan kesempatan untuk terlibat di konferensi perubahan iklim). Davidson juga berpesan kepada para pemuda supaya jangan berhenti dengan apa yang telah dikerjakan dan terus bekerja dan berkarya yang lebih baik di masa yang akan datang.

Setelah acara selesai, Climate Champions mempunyai kesempatan untuk berbicara secara langsung satu persatu dengan kedua orang tersebut. Climate Champions memaparkan secara singkat konsep tentang proyek-proyek yang sedang dikerjakan. Umumnya, kedua orang tersebut mendengar dengan sangat teliti dan juga memberi komentar yang konstruktif.

Dengan terus berkarya, kita bisa membuat perubahan.

Monday, December 6, 2010

Climate Champions and Nicolas Stern



British Council global kembali memberikan kesempatan kepada Climate Champions-nya untuk bertemu dan berdiskusi dengan para ilmuan terkenal dunia. Kali ini, British Council mempertemukan lima climate champions-nya dengan Nicolas Stern di sela-sela acara COP16 di Cancun, Mexico.

Nicolas Stern adalah seorang profesor ekonomis yang menulis tentang perubahan iklim, ekonomi pembangunan dan growth. Dalam satu laporan reviewnya tentang ekonomi perubahan iklim, Stern mendiskripsikan perubahan iklim sebagai sebuah eksternalitas ekonomi dari kegagalan market.

Seperti dikutip wikipedia, Stern menulis "Climate change is a result of the greatest market failure the world has seen. The evidence on the seriousness of the risks from inaction or delayed action is now overwhelming..The problem of climate change involves a fundamental failure of markets: those who damage others by emitting greenhouse gases generally do not pay.."

Nick Stern mendengarkan presentasi proyek-proyek yang dikerjakan oleh climate champion dan kemudian memberi tanggapan dan masukan untuk pengembangan kedepan. Pertama, Agastha dari India mempresentasikan proyek penjagaan hutan lindung dengan melibatkan masyarakat sekitar. Kedua, Mahrizal paru dari Indonesia mempresentasikan proyek pencegahan penebangan kayu liar dan peningkatan pendapatan bagi petani dan masyarakat melalui penanaman kakao. Phuong Pham Linh dari Vietnam menjelaskan tentang daur ulang baterai. Ketiga Maria Vuorelma dari Findalandia mempresentasikan tentang kampanye perubahan iklim dan peningkatan kapasitas masyarakat. Keempat, Rory Moody dari Skotlandia menjelaskan proyek pendidikan, dan terakhir Wilson Ang dari Singapura mempresentasikan proyek eco-preneurship atau kewirausahaan lingkungan.

Selain memberi komentar dan masukan untuk setiap proyek yang dilakukan oleh climate champions, Stern juga memberikan akses untuk memperluas jaringan dan kontak person agar proyek-proyek yang ada bisa di implementasikan. Dia juga mendorong agar lebih banyak kaum muda bergerak dan berbuat sesuatu untuk mengatasi perubahan iklim.

Secara pribadi, pertemuan ini memberikan semangat baru agar bisa berbuat lebih banyak kedepan dengan melibatkan lebih banyak kaum muda, masyarakat adat, petani, dan berbagai kelompok masyarakat.

Mahrizal - dari Moon Palace, Cancun, Mexico.

Sunday, December 5, 2010

Forest Day - Memperingati hari hutan-



Hutan merupakan salah satu faktor penting dalam mencegah perubahan iklim. Menurut para ilmuan, hutan dapat menyerap karbon diaksida yang dilepaskan oleh kegiatan manusia. Oleh karena itu, keberlangsungan hutan merupakan faktor kunci untuk menurunkan gas rumah kaca. Untuk memperingati hari hutan, CIFOR (Center for International Forestry Research) mengadakan pertemuan akbar yang dibuka oleh Presiden Mexico Filipe Calderon. Menurut informasi yang diterima dari panitia, acara yang bertema Forest Day – Time to Act – ini dihadiri oleh 1,800 orang dari berbagai organisasi di seluruh dunia.

Dalam Pidatonya, Presiden Mexico menggarisbawahi dua point penting untuk menjaga keberlangsungan hutan. Pertama peningkatan ekonomi pembangunan, dengan membantu melindungi sumber ekonomi dan pendapatan masyarakat adat dan masyarakat yang bergantung hidupnya dengan hutan. Banyak masyarakat adat terlibat dalam penebangan kayu liar agar bisa menyambung hidup. Makanya, untuk mengatasi hal tersebut, kemiskinan harus diberantas bagi masyarakat tersebut. Presiden memberikan contoh masyarakat adat Mexico yang melakukan pembersihan lahan untuk menanam jagung. Pada penanaman pertama, hasil yang di dapat sangat bagus, namun untuk tahun-tahun selanjutnya hasil panen terus menurun. Oleh karena itu, “kita memerlukan management di tingkat bawah, terutama ditingkat bawah agar bisa menghasilkan lebih bagus.” Presiden melihat kemiskinan merupakan salah satu penghadang untuk mencegah perubahan iklim. Bagi Mexico “Today fight poverty, another day fight for climate change” (Hari ini kita berantas kemiskinan, esok kita melawan perubahan iklim).

Untuk point ke dua, Presiden mengungkapkan pentingnya peningkatan sumber daya yang dialokasikan dibidang kehutanan. Mexico mengalokasikan sekitar 500 juta dollar Amerika untuk hutan dibeberapa tahun yang lalu, dan jumlah dana yang dialokasikan dibidang ini terus meningkat mencapai 620 juta dollar Amerika. Presiden mengungkapkan bahwa ia juga ingin meningkatkat jumlah kawasan hutan lindung. Diakhir pidatonya, Presiden mangajak semua pihak untuk memberi tekanan kepada para pihak yang berdialog di COP16 terutama dibidang mekanisme REDD+ dan mengatakan bahwa sekarang adalah waktunya untuk bertindak (Now time to act).

Dilaporkan langsung dari Cancun Center, Cancun, Mexico.

Saturday, December 4, 2010

Pertemuan dengan Sir Richard Branson, Pemilik Virgin Group


Bagi sebagian orang, apapun akan dilakukan agar bisa bertemu dengan idolanya. Seperti halnya keinginan untuk melihat langsung penyanyi terkenal dunia, banyak orang sanggup terbang ke Singapura untuk menghadiri konser secara langsung walaupun harus membayar seribuan dollar.

4 December 2010 merupakan hari yang akan selalu saya ingat dalam hidup saya. Saya bisa menghadiri World Climate Summit di Cancun Mexico secara gratis dengan hanya ber volunteer sebagai panitia yang bertanggung jawab mendaftarkan peserta summit. Menurut pihak penyelenggara, biaya pendaftaran acara ini mencapai USD 1,000. Saya dan climate champions dari berbagai negara dapat menghadiri acara berkat usaha yang difasilitasi oleh British Council. Hanya dengan "membantu" biaya pendaftaran bisa dihapuskan.

Banyak orang-orang penting dan berpengaruh menghadiri acara tersebut. Saya secara kebetulan dapat berbicara dan berfoto bersama dengan salah satu pembicara berpengaruh di acara World Climate Summit. Dia adalah Sir Richard Branson, pemilik group Virgin. Secara tidak sengaja dia mendatangi ruangan dimana British Council mengadakan event untuk meminum teh. Saya menyapa dia dan mengatakan "ada yang bisa saya bantu?" dia menjawab "tidak apa-apa, dan terima kasih atas tawarannya". Kemudian Saya memperkenalkan diri sebagai climate champion British Council dari Indonesia dan saya juga menceritakan bahwa British Council membawa sekitar 16 orang dari berbagai negara untuk berpartisipasi di COP16. Dia terlihat gembira karena banyak pemuda bisa ikut acara tersebut. Dia mengatakan selamat dan meminta anak muda agar berbuat lebih banyak untuk mencegah perubahan iklim.

Saya merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Sir Richard Branson, seorang yang memulai usahanya sejak dia masih sangat muda, tanpa harus membayar satu sen pun. Semoga pertemuan ini bisa menginspirasi saya untuk memulai usaha yang sukses dan dapat menginspirasi anak muda lainnya.

Di laporkan langsung dari World Climate Summit, Cancun, Mexico.

World Climate Summit -Business, Climate and Philanthropy- bersama Sir Richard Branson dan Ted Turner


Hari ini, 4 Desember 2010, bagi banyak pihak merupakan hari yang dinanti-nanti untuk mendengar langsung pernyataan dan ceramah dari orang-orang yang berpengaruh di dunia dibidang perubahan iklim. World Climate Summit mengundang ilmuan, bisnismen, bos media ke sebuah pertemuan akbar di Cancun Mexico. Meraka adalah Ted Turner pimpinan UN Foundation, Sir Richard Branson Pimpinan Virgin Group, Emilio Azcarraga pimpinan Grupo Televisa, dan Lord Nicolas Stern ilmuan dari London School of Economic.

Mereka semua setuju bahwa perubahan iklim harus dihentikan. Dalam sebuah sesi khusus bertema "Business, Climate and Philanthropy" Sir Richard Branson mengatakan "Solving the climate change problem is the fun challenge of our lifetimes" (Penyelesaian masalah perubahan iklim merupakan tantangan yang menyenangkan dalam kehidupan kita). ini merupakan tantangan bagi semua pihak untuk bersama-sama mencegah perubahan iklim.

Ted Turner menggambarkan bahwa dunia memang perlu bumi harus segera diselamatkan dari masalah lingkungan agar kepunahan tidak pernah terjadi. "kita semua harus menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup seperti perubahan iklim, polusi,penangkapan ikan yang tidak terkontrol, dan kepunahan. Semua itu harus kita selamatkan atau kita akan kehilangan semuanya" Demikian dikatakan Turner. Diakhir pembicaraannya, Turner mengajak semua orang yang ada diruangan untuk bertindak dan juga mengajak pemerintahnya membuat kebijakan mencegah perubahan iklim. "Everybody in this room has stepped up. Now we have to get our governments to step up".

Demikian laporan singkat ini dilaporkan langsung dari World Climate Summit di Hotel Rit-Carlton Cancun Mexico.

Friday, December 3, 2010

Mahal

itu lah ungkapan yang bisa di ungkapkan mengenai harga barang dan makanan di COP16 di Cancun Mexico. Dibanding dengan harga makanan di luar, harga-harga dimana acara penghelatan akbar tentang perubahan ini di gelar bisa mencapi tiga sampai empat kali lipat. British Council dalam welcome package nya juga menyarankan kepada climate championnya agar selama konferensi perubahan iklim (terutama dari pagi sampai sore hari) dapat membeli makanan di area conferensi di gelar.

tentunya, dengan anggaran yang pas-pasan, climate champions harus benar-benar dapat mensiasati makanan yang dikonsumsi dengan budget yang tersedia. Bisa di bayangkan betapa mahalnya harga-harga disinis, misalnya nasi putih setangah porsi orang indonesia di jual 50 pesos (USD 5), salad sayuran 90 pesos (USD 9), Pizza satu slice 65 pesos (USD 6.5, ayam dan daging 120-150 pesos (12-15 USD). Sama halnya dengan buffet di Mancun Messe, penjual membandrol harga USD 25, sementara di Moon Palace - tempat pertemuan tingkat tinggi digelar- harga buffet mencapai USD 40.

pada 2 December 2010, saya memesan nasi sayur dengan harga 70 pesos (USD 7), rasanya sangat asin. Mungkin yang masaknya buru-buru atau memang suka rasa yang sangat asin. Rasanya seperti, maaf,mau muntah dengan nasi sayur. Setelah mengalami kejadian ini, sebelum datang ke tempat konferensi, saya membeli roti di toko penjual makanan dan kelontong untuk dimakan disela-sela acara. Walaupun tidak cukup - karena bukan nasi- paling tidak cukup untuk jadi penahan sampai menemukan makanan yang lain.

Namun demikian, banyak makanan kecil gratis seperti roti dan kue kering juga disediakan oleh penyelenggara side events. Namun, tidak semua penyelenggara menyediakannya. untuk mendapatkan makanan tersebut umumnya harus melalui antri yang agak panjang. Bagi yang berminat bisa langsung antri.

Nantikan cerita lain selanjutnya.

Mahrizal
Dari Cancun Messe, Mexico

Thursday, December 2, 2010

Hari pertama COP16 bersama climate champions British Council

Setelah di briefing intensif minggu malam mengenai ekpektasi dan apa yang akan dilakukan oleh para climate champions selama COP di Cancun Mexico. Climate champions begitu bersemangat memulai hari pertama untuk acara COP16. Semua terlihat begitu rapi dengan pakaiannya, ada yang berjas dan berdasi, ada juga yang memakai baju kemeja biasa. Demikian juga dengan climate champion perempuan, mereka semua berpakaian rapi.

Dengan menggunakan taksi ke tempat pemberhentian bis, para climate champions berangkat ke Cancun Messe (sebuah tempat dimana acara side event and booth diadakan) dengan penuh keyakinan bahwa ada sesuatu yang akan di capai di COP16 ini. Setiba ditempat tujuan, sebagian climate champion menuju tempat briefing YOUNGO (Kelompok pemuda yang dari berbagai Negara yang tergabung di beberapa NGO pemuda) dan sebagian lagi menunggu untuk teleconference dengan pihak pemerintahan Inggris.

Kesibukan para climate champions mulai terlihat setelah selesai briefing, ada yang melakukan pendekatan ke delegasi masing-masing, jaga booth British Council, menghadiri acara side events, dan sekedar mengenal tempat acara COP16.

Saya sendiri berusaha mengenal tempat acara berlangsung, mengunjungi booth (Stand) pameran, dan menghadiri side event tentang issue REDD+. Walaupun dihari pertama banyak climate champion bingung tentang keadaan dan suasana COP16, setidaknya hal cukup mengenalkan suasana baru ini ke para climate champions.

Malam pertama di COP16, Pemerintah Mexico mengundang semua delegasi, intergovernmental organizations, observers, dan media ke acara makan malam. Setidaknya 4.000-5.000 orang menhadiri acara tersebut. Menu yang disediakan sungguh menggugah selera, ada seafood segar, daging, salad, dan berbagai jenis minuman non-alkohol dan alcohol yang bisa diminum sesuka hati.

Wednesday, December 1, 2010

Climate Champions di Confence of Youth (COY)


Hari Pertama di Cancun Mexico

Climate champion British Council, hari Sabtu 28 November 2010, mengambil bagian dalam Conference of Youth (COY) yang diadakan disebuah universitas di Cancun. Berbagai kelompok pemuda dari berbagai negara berkumpul di universitas ini untuk mendiskusikan aksi, masukan, dan pernyataan sikap untuk COP16.

Para climate champions mengikuti beberapa beberapa kelompok kerja dan diskusi parallel yang sesuai dengan bidangnya. Walaupun baru bergabung dalam kegiatan tersebut, climate champions juga aktif berpartisipasi dan memberikan opini tentang masalah yang sedang di bahas. Umumnya, mereka sangat kritis dengan apa yang sedang dibicarakan.

Dalam kelompok diskusi Carbon market dan Mechanism Carbon trading, pemateri menyampaikan bagaimana process carbon market dibentuk dan berapa biaya yang harus dikeluarkan. Dalam diskusi tersebut, pemateri juga menjelaskan perbedaan harga karbon per ton berdasarkan institusi yang memfasilitasi pasar karbon.

Pada saat sesi makan siang, penyelenggara tidak menyediakan piring dan gelas dengan alasan untuk mengurangi sampah yang berakibat buruk bagi lingkungan. Bagi peserta yang membawa peralatan makan dapat langsung menikmati makan siang, namun bagi yang tidak membawanya harus menempatkan uang sejumlah $50 pesos (USD 5) kepada panitia sebagai jaminan untuk mengembalikan piring dan gelas yang telah dipakai. Uang $50 pesos akan dikembalikan, pastinya setelah piring dan gelas plastic tersebut di cuci bersih. Pendekatan ini dapat diaplikasikan di acara lain. Namun perlu menginformasikan lebih awal tentang tidak diberikan piring. Semoga ini menjadi inspirasi bagi yang lain untuk mengurangi sampah.

Terlepas dari ketiadaan piring dan kekecewaan karena harus menunggu piring yang telah dicuci, acara makan siang ini diwarnai dengan pertunjukan tentang sikap untuk penurunan jumlah emisi global. Bagi Climate Champions, makan siang ini merupakan ajang untuk berkenalan dengan para pemuda dari organisasi lain.

Climate Champion British Council di COP16, Cancun, Mexico


British Council percaya bahwa pemuda/pemudi bisa menciptakan perubahan. Lembaga yang berbasis di Inggris ini mengirimkan 15 duta perubahan iklim atau climate champions ke COP (Conference of Parties) 16 di Cancun Mexico. Climate champions tersebut berasal dari berbagai belahan dunia yang berbeda dan diutus dengan tujuan mempromosikan penggunaan hubungan budaya untuk menemukan solusi perubahan iklim.

Para Climate champions umumnya memiliki proyek komunitas yang mampu menciptakan perubahan. Kaum muda ini mewakili bidangnya masing-masing seperti pendidikan, media, NGO, pemerintah, dan lingkungan. Di COP16 Climate champions di harapkan dapat berpartisipasi di side event program, kegiatan kepemudaan, pendekatan ke delegasi negaranya masing-masing dengan membawa pengalaman yang dimiliki selama menjalankan proyek-proyek komunitas. Selain itu, mereka juga bertindak atas nama kelompok masyarakan dinegaranya masing-masing, Negara, dan juga british council.

Mereka adalah Jon Alexander dari Inggris, Wilson Ang dari Singapura, Daniela Aravena dari Chile, Narisela Blanco dari Venezuela, Tania Yaoska Guillen Bolanos dari Nicaragua, Mariana Diaz dari Argentina, Camilo Andres Jimenez Giraldo dari Colombia, Angella Katatumba dari Uganda, Nolana E. Lynch dari Trinidad dan Tobago, Phuong Pham Linh dari Vietnam, Jiny Mainaly dari Nepal, Constanza Stephanie Gomez Mont dari Mexico, Rory Moody dari Scotland, Mahrizal Paru dari Indonesia, Pedro Gandolfo Soares dari Brazil, Hasan Abdullah Towhid dari Bangladesh, Maria Vuorelma dari Findalandia, dan Yinghang dari Cina.

Perjalanan ke konvensi perubahan iklim Cancun, Mexico

Catatan harian to Cancun, Mexico.

Saya, Mahrizal Paru, memulai perjalanan ke konvensi perubahan iklim Cancun, Mexico dari Arkansas, Amerika Serikat. Salah satu alasan saya di pilih oleh British Council untuk mengikuti acara ini adalah karena perjalanan saya mengeluarkan karbon yang rendah dibandingkan dengan perjalanan dari Indonesia. Syarat yang lain adalah adanya implementasi kerja yang berdampak langsung untuk mengurangi perubahan iklim. Dalam hal ini, proyek yang saya kerjakan adalah penglibatan masyarakat, khususnya petani dalam hal penanaman kakao dan canopy.

Saya berangkat menggunakan pesawat US Airways dari Northwest Arkansas, Arkansas transit di Charlotte, North Carolina, dan Cancun, Mexico. Bandar udara international Cancun nampak begitu ramai dengan wajah penumpang dari berbagai negara. Saya seakan berada di tengah keberagaman penduduk dunia. Ketika menghadap petugas imigrasi, mereka membuka halaman pertama untuk memastikan pemegang passport tersebut benar orangnya, kemudian memastikan visa. Saya memang sangat beruntung tidak perlu memohon visa Mexico karena saya masih mempunyai visa Amerika Serikat. Pemerintah Mexico memberikan pengecualian bagi pemegang visa Amerika untuk masuk ke Mexico tanda harus ada visa Mexico. Saya kembali mempunyai masalah dengan nama, masalahnya adalah karena saya memiliki satu nama di passport yang tentu tidak jelas nama pertama dan terakhir. Petugas imigrasi bingung ingin memasukkan data nama terakhir saya. Mereka tanya tentang FNU (First name unidentified), apakah itu nama pertama saya. Saya bilang itu artinya nama pertama tidak diketahui, dan mereka pun Nampak seperti bingung. Saya suruh mereka untuk meletakan dua kali nama yang tertera di passport “Mahrizal Mahrizal”. Saya meminta hanya 12 hari periode tinggal, namun saya diberikan 180 hari. Ini sungguh luar biasa.

Saya di jemput oleh staff British Council Mexico, Ana, orang nya sangat baik dan sangat bersahabat. Dia mengajarkan saya dasar-dasar bahasa Spanyol, walaupun akhirnya sebagian besar saya lupa apa yang diajarkannya. British Council juga menyediakan akomosasi yang bagus dan jauh dari kebisingan. Beberapa Climate champion British Council dari beberapa Negara telah tiba lebih awal. Kali ini British Council membawa sekitar 17 climate champions mewakili beberapa kawasan regional dunia seperti asia tenggara, latin amerika, asia selatan, eropa dan beberapa region lainnya.

Makan malam pertama kami disebuah rumah makan tepi panti penuh dengan kemeriahan. Kami saling berkenalan satu sama lainnya dan menceritakan apa yang kami kerjakan. Kami juga dihibur oleh para pengamen berjas putih dan berdasi. Sekarang kami bisa mendengarkan langsung lagu-lagu Mexico yang biasa kita lihat di layar televisi.

Ikuti perjalanan saya ke Konferensi PBB tentang perubahan iklim di Cancun, Mexico. Semoga banyak manfaat yang akan didapatkan dan dibawa pulang ke Indonesia.