Thursday, July 7, 2011

Produksi Kakao Dunia


Kakao umumnya diproduksi dan di jual oleh para petani dalam bentuk biji kering. Setelah buah dipetik dan dikeluarkan biji dari buah kakao, kemudian biji tersebut di fermentasi dan di jemur selama tiga hari atau sampai kering dengan kadar air kurang dari 7%. Saat ini, produksi kakao telah meningkat tajam sejak awal abad ke 20. Menurut catatan Urquhart (1955), produksi kakao dunia hanya sekitar 100,000 tons pada tahun 1900 dan kemudian meningkat dua kali lipat ke 200,000 sepuluh tahun kemudian. Pada periode 1918 sampai 1923, setiap tahunnya kakao di produksi rata-rata sekitar 395,000 ton dan kemudian meningkat 692,000 antara tahun 1934-1939. Produksi kakao dunia terus naik ke 600,000 tons pada 1945, dan kemudian menembus angka 1.9 juta ton atau naik sekitar 310 persen (Wood, 2001).

Pada periode 1970/71, 78 persen kakao dunia di produksi hanya oleh lima negara antara lain Ghana, Nigeria, Brazil, Pantai Gading dan Cameroon. Lima belas tahun kemudian, atau pada periode 1985/86, Negara utama produksi kakao sedikit berubah, saat itu Pantai Gading memimpin diurutan pertama, kemudia diikuti Brazil, Ghana, Nigeria, and Cameroon dengan produksi dari lima Negara tersebut sekitar 72 persen dari total produksi dunia (Wood, 2001).

Saat ini, Indonesia telah muncul sebagai Negara produksi kakao terbesar kedua terbesar didunia setelah Pantai Gading. Selama tahun 2000, Pantai Gading memproduksi sekitar 1.4 juta tons dan sedikit berfluktuasi sampai akhirnya turun ke 1.2 juta ton pada tahun 2009. Sebaliknya, Indonesia terus dapat meningkatkan produksi kakao dari 421,142 tons pada tahun 2000 ke 800,000 tons di tahun 2009. Dua negara tersebut masing-masing menguasai 30 dan 20 persen dari produksi kakao dunia FAO (n.d).

Data ini menunjukkan keseriusan petani dan pemerintah Indonesia dalam mengusahakan kakao. Berbagai program pemerintah telah mampu mendorong peningkatan hasil yang cukup menggembirakan. Namun demikian, pemerintah perlu terus mempromosikan bidang ini agar menjadi salah satu sektor unggulan komoditi dari Indonesia. Salah satunya adalah dengan memberikan subsidi berupa pupuk dan bantuan keungan mikro. Disamping itu, perlunya adanya transfer pengetahuan dan teknologi terbaru melalui penyuluh pertanian. Untuk itu, pemilihan penyuluh pertanian harus didasari pada kompetensi dalam penguasaan bidang kakao seperti pengetahuan tentang proses penanaman, perawatan, pengendalian hama dan penyakit, dan kemauan untuk terjun langsung ke perkebunan kakao rakyat, bukan kemauan untuk duduk dikantor dan menerima numerasi pada akhir bulan tanpa beban dan lelah.

*Bersambung: konsumsi kakao dunia, perjalanan ke World Cocoa Conference di Utrecht Belanda Pada May 2010, Harga kakao dunia, Penyakit kakao, Pupuk dan naungan, kakao organik.

No comments:

Post a Comment