Sunday, October 11, 2009

Dua Pemuda Indonesia Raih Penghargaan Wirausahawan di Inggris

http://www.antaranews.com/berita/1237385182/dua-pemuda-indonesia-raih-penghargaan-wirausahawan-di-inggris

Rabu, 18 Maret 2009 21:06 WIB | Ekonomi & Bisnis | | Dibaca 1438 kali
Jakarta (ANTARA News) - Dua pemuda Indonesia yaitu Oscar Lawalata (32) dan Mahrizal Paru (34) mendapat penghargaan dan memenangkan Indternational Young Creative Entrepreneur Award (IYCE) 2009 di Inggris.

"Dua pemuda Indonesia yaitu Oscar dan Mahrizal berhasil memenangkan IYCE Award 2009 yang diselenggarakan oleh British Council," kata Team Leader Learning and Creativity British Council, Yudhi Soerjoatmodjo, di Jakarta, Rabu.

Pihaknya menyelenggarakan IYCE untuk menjaring entrepreneur muda berbakat di bidang sosial, lingkungan hidup, dan industri kreatif tingkat dunia.

Sejak 2006, British Council telah mengidentifikasi, memfasilitasi, dan membangun jaringan bagi para wirausahawan.

Oscar Lawalata (32), salah satu contohnya. Ia meraih penghargaan IYCE Fashion Award 2009 di London, Inggris. Pria kelahiran Riau itu mengalahkan saingannya dari Brazil, India, Polandia, Srilanka, Saudi Arabia, Thailand, Tunisia, dan Vietnam.

Berkat dia, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memenangkan penghargaan tersebut sebanyak empat kali sejak 2005.

Oscar mempekerjakan 20 orang dan memiliki omzet Rp100 juta per bulan. Ia memukau juri di Inggris berkat kerjasamanya dengan sekitar 100 orang pembatik, penenun, dan pengrajin perhiasan tradisional di Sulawesi Selatan, Bali, NTT, dan Jawa sejak 10 tahun terakhir.

"Semula apa yang saya lakukan hanyalah tuntutan untuk memenuhi misi dan cita-cita pribadi saya," katanya.

Namun, ternyata yang dilakukannya lebih dari sekadar mewujudkan impian karena terbukti mampu mengangkat kain tradisional ke tingkat internasional dengan melibatnya banyak orang dalam prosesnya.

Sementara itu, Mahrizal Paru sukses memenangkan Champion Asian Young Leaders Climate Forum. Pria kelahiran Aceh itu membangun komunitas perkebunan cokelat di Pidi, Aceh. Usaha itu menghasilkan 700 ribu dolar AS per tahun bagi 182 anggota desa yang kesulitan mencari kerja selama konflik.

Upayanya sekaligus melindungi 280 ha hutan hujan yang sebelumnya menjadi sasaran para penjarah.

"Keluarga saya bisa membiayai pendidikan saya. Tetapi saya ingin melihat generasi yang lebih muda bisa mendapatkan hasil yang sama dari kakao dan sama beruntungnya dengan saya," katanya.(*)

COPYRIGHT © 2009

No comments:

Post a Comment