Sunday, October 11, 2009

Berdayakan Ekonomi Masyarakat Lokal


http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?idkat=54&&id=3589

Mahrizal
Kamis, 19 Maret 2009 03:35 WIB
Posting by : ary
Source: Koran Jakarta

Jika ada segelintir anak muda yang peduli akan masyarakat sekitarnya, Mahrizal, 27 tahun, adalah salah satunya. Di usianya yang masih belia dia telah menjadi wirausahawan yang berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dengan bermodalkan tekad, semangat, dan sedikit dana ia membuka perkebunan cokelat di hutan seluas 280 hektare di Pidie.

Jika ada segelintir anak muda yang peduli akan masyarakat sekitarnya, Mahrizal, 27 tahun, adalah salah satunya. Di usianya yang masih belia dia telah menjadi wirausahawan yang berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dengan bermodalkan tekad, semangat, dan sedikit dana ia membuka perkebunan cokelat di hutan seluas 280 hektare di Pidie.
Beberapa waktu lalu, wilayah itu tertimpa banyak persoalan, mulai dari konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dan TNI, hingga bencana tsunami yang meluluhlantakkan sebagian besar daerah di NAD. Akibatnya, perekonomian dan lingkungan di sana terabaikan. Masyarakat pun tidak memiliki pekerjaan tetap akibat keterbatasaan akses informasi, pendidikan, dan beragam faktor lainnya. “Jadi, mereka dari pagi sampai malam nongkrong di warung kopi,” kata pria yang biasa disapa Rizal itu di Jakarta, Rabu (18/3).
Kondisi itu akhirnya memicu Rizal untuk memberdayakan ekonomi masyarakat lokal yang mengutamakan aspek lingkungan sejak dua tahun lalu. Ia pun mengajak masyarakat lokal menanam tanaman kakao (penghasil cokelat) di hutan hujan yang berada di sekitar Pidie. Menurut Rizal, umumnya warga Pidie tidak memiliki keterampilan khusus selain bertani. Bersama teman-temannya yang tergabung dalam Yayasan Tunas Bangsa, ia memberikan pelatihan bercocok tanam kakao kepada warga. Seiring perjalanan waktu, minat masyarakat untuk menanam salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi itu pun semakin meningkat.
Hasilnya cukup menggembirakan. Sebagai contoh, di desa Hagu, Kecamatan Pante Raja, Kabupaten Pidie Jaya, NAD, terdapat 62 kepala keluarga (KK) yang bercocok tanam kakao. Ini belum ditambah 300 KK di Kecamatan Bandar Baru, Kecamatan Pidie Jaya, yang meliputi tiga desa, yakni Desa Paru Keuude, Sarah Panyang, dan Alue Langgien.
Bukan cuma peningkatan area tanam, pendapatan para petani pun terdongkrak gara-gara upaya yang digagas Rizal itu. Bahkan rata-rata pendapatan para petani di sana melebihi upah minimum regional yang berkisar satu juta rupiah. “Kalau panen, setiap kepala keluarga bisa mendapatkan 33 juta rupiah per hektarenya,” jelas suami dari Rohani itu. Kalau dihitung-hitung, hasil perkebunan kakao yang digarap para petani bisa mencapai sekitar 7,7 miliar rupiah per tahun.
Seiring meningkatnya pendapatan, kualitas hidup masyarakat pun semakin tinggi. Para petani, kata Rizal, selain mampu mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari juga mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka. Usaha Rizal memberdayakan masyarakat lokal itu tak pelak mendapat apresiasi dari British Council, lembaga kebudayaan dan pendidikan dari Inggris. Alumnus Universitas Nasional, Jakarta, itu mendapatkan penghargaan Climate Enterpreneur Champion yang diumumkan di London, Inggris, pada akhir Februari 2009. “Saya tidak menyangka mendapat penghargaan ini karena saya tidak merasa mendaftarkan diri,” kata sulung dari empat bersaudara ini sambil tersenyum.
Bagi Rizal, penghargaan itu melecut dirinya untuk memberikan nilai lebih kepada masyarakat. Ia berharap, suatu saat nanti petani di Pidie tidak hanya menanam tanaman cokelat dan menghasilkan biji cokelat, tapi juga bisa menghasilkan produk jadi berupa batang cokelat.
“Prestasi” Rizal bukan hanya meningkatkan perekonomian warga lokal, tapi juga meningkatkan kesadaran warga dalam melestarikan hutan hujan di kawasan sekitarnya. Lantaran demikian, penikmat film drama itu pun digandeng oleh salah satu lembaga swadaya masyarakat berskala internasional untuk menjalankan program yang bisa menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat lokal.
Home Garden, demikian tajuk programnya, merupakan program pemanfaatan lahan pekarangan warga yang ditanami berbagai macam sayuran dan buah-buahan. “Supaya warga bisa mandiri dengan memanfaatkan lahan di rumahnya,” tandas pria yang berhasil memperoleh beasiswa Fullbright dan pekan depan akan pergi ke AS untuk melanjutkan pendidikan di University of Arkansas, AS, itu menutup pembicaraan. vic/L-2

No comments:

Post a Comment