Sunday, January 31, 2010
Mengeksplorasi Amerika: Arkansas – Oklahoma – Texas – Kansas - Colorado Part II
Part II: Menjelajahi Oklahoma.
Sebelum memulai perjalanan kami, pagi itu kami melakukan pemeriksaan terakhir semua barang-barang yang akan dibawa. Kami maunya well-prepared, jadi ngak ada yang tertinggal nantinya. Semua barang kami masukkan ke bagasi mobil dan sebagian lagi seperti cemilan dan air kami letakkan di kursi belakang, agar lebih mudah diambil kalau kepingin makan.
Untuk perjalanan yang panjang ini, bantuan GPS mutlat diperlukan untuk mendeteksi jalan-jalan terpendek yang akan dilewati. Pagi itu, Suci perperan sebagai pengemudi utama. Sedangkan Bang Azka duduk di belakang dan saya duduk di kursi depan disamping kemudi. Saat itu, saya baru punya permit, jadi tidak bisa mengemudi tanpa didampingi oleh orang yang telah berumur lebih dari 21 tahun dan lebih dari satu tahun mempunyai SIM Amerika. Jadinya saya berperan sebagai navigator (pembantu penunjuk jalan – termasuk mengoperasikan GPS).
Tujuan awal kami adalah Dallas, karena kami ingin mengunjungi seorang warga Aceh yang tinggal di sana. Saya coba hubungi pagi itu, telponnya ngak ada yang akan. Jadinya, kami putuskan arah GPS nya ke Dallas, kalau nanti di Jalan ada berita baru, kami akan mengarahkan ke Alamatnya.
Perjalanan kami mengikuti arah Fort-Smith – Tulsa – Oklahoma City, kota pertama masih berada di Negara bagian Arkansas, sedangkan yang kedua dan ketiga berada di Negara bagian Oklhahoma. Perjalanan pagi itu memang terasa menyenangkan, terlebih tidak banyak kenderaan yang lalu lalang, mungkin hari itu adalah hari Sabtu hari dimana banyak orang libur dari bekerja. Selama dalam perjalanan, kami hanya melihat pepehonan yang sudah ditinggal oleh daun-daunnya. Pohon tersebut semunya berdiri seperti pohon kering yang sudah mati. Seperti tidak ada kehidupan yang menggairahkan, karena semua daun-daun yang berada dipohon-pohon itu telah gugur ke bumi.
Sebagai gantinya, kami nyalakan music sepanjang perjalanan dengan mengandalkan sumber dari Iphone dan radio. Tiba-tiba Suci nyelutuk “eh…. Ada CD musik tu dipinjamin Yuri (kawan suci, kawan kami juga, peranakan Indonesia - Jepang), music Indonesia lagi” Kata Yuri "pasti bosan dalam perjalanan 10 hari ngak ada musik" demikian sambung Suci. Saya mulai memasang lagu Indonesia, rupanya cukup terhibur dan juga sambil menikmati cemilan, buah, dan kopi dari Panera Bread Cafe (sebuah nama cafe tempat Suci membeli kopi).
Memasuki wilayah Oklahoma, kami udah merasakan suasana yang agak lain. Jalannya udah mulai sempit, sebagian sedang dalam proses perbaikan. Kami bercerita tentang keadaan Negara bagian ini, mungkin Negara bagian yang satu ini masih miskin, atau termiskin di Amerika. Itu cuma dari pandangan kami aja.
Makin jauh perjalanan itu, makin terlihat jelas perbedaan dengan daerah lain. Biasanya didaerah lain, State Highway/Road (Jalan Provinsi) jalannya lurus dan mempunyai 4 jalur jalan, atau paling kurang 2 jalur untuk satu arah. Jadinya kalau dua arah bisa 4-8 jalur – tidak termasuk jalur darurat. Mengemudipun terasa tidak was-was didaerah ini. Namun, di sebagian wilayah Oklahoma, persis seperti jalan Banda Aceh – Medan yang mempunyai rumah di tepi jalan dan mobil bisa bebas keluar masuk jalan raya tanpa ada petunjuk arah.
Didaerah ini, persimpangan jalan kecil biasanya tidak ada lampu lalu lintas. Terkadang, kami sempat terkaget-kaget melihat phenomena ini dan rasa takut akan tertabrak juga menghampiri. Kadang, kami jadi ketawa melihat keadaan ini yang mirip dengan jalan-jalan di Aceh. “Jangan-jangan ada sapi yang menyeberang seperti keadaan jalanan di Pidie,” begitu cetusku. Semuanya ketawa. Namun, selama dalam perjalanan, memang tidak pernah kami jumpai ada sapi yang melintas di jalan raya. Orang Amerika sudah lebih disiplin dalam hal pemeliharaan sapi, mungkin karena mereka punya ladang yang luas-luas dan juga mempunyai kesadaran yang tinggi dalam beternak sapi yang benar dengan tidak membuat musibah bagi orang lain.
Ada satu hal lain yang juga menarik. Tidak seperti didaerah-daerah lain, Di jalan yang kami lalui ini, rest area (tempat rehat) juga jarang ditemui di jalan raya. Kalau mau ke kamar kecil terpaksa harus menunggu lebih dari satu jam perjalanan sampai ke rest area berikutnya. Pernah, diantara kami (laki-laki) ada yang kebelet - sangat terdesak, mencari rest area dan station pengisian bahan bakar seperti mencari jarum dalam jerami, susah sekali. Beberapa kali kami keluar di exit untuk mencari SPBU, namun tetap juga tidak di jumpai. Dengan sangat terpaksa, cara yang sangat "tradisional" juga harus di gunakan. Lihat kiri kanan, parkir mobil di pinggir jalan. situasi aman, cari tempat berlindung dibalik pepohonan, dan langsung tancap gas. Setelah itu, rasanya lega sekali. Perjalanan pun siap dimulai lagi. Namun, tidak lebih dari 30 menit perjalanan, sudah banyak terlihat SPBU dengan kamar kecilnya yang bersih, gratis lagi. Kami berhenti utk isi bahan bakar dan setelah itu melanjutkan kembali tujuan kami. Begitulah nasib hari itu.
Terlepas dari kekurangan di infrastruktur dan aturan lalu lintas, Negara bagian ini mempunyai lahan peternakan yang luas. Banyak sapi terlihat sedang merumput di lahan peternakan. Banyak juga yang mempunyai alur khusus agar sapi-sapi bisa masuk kandang dengan mudah. Ada juga beberapa orang yang menunggang kuda mengawasi ternak mereka. Bisa di bilang, persis seperti yang ada difilm koboi. Seandainya cara beternak sapi seperti ini di terapkan di Indonesia, atau Aceh khususnya, tentu kecukupan daging akan selalu terpenuhi di Aceh. Disamping itu, tidak ada lagi orang yang menabrak sapi, karena semua sapi yang ada ditempatkan pada tempat yang sesuai (peternakan sapi).
Hari sudah menunjukkan pukul 2 siang, namun karena tidak ada rest area untuk makan siang, perjalanan kami terus di lanjutkan. Perut sudah mulai berbunyi, penahan lapar sementara adalah buah, kripik, dan air. Kami berencana masak nasi di rest area dan menikmati lauk pauk yang kami bawa. Rasanya memang tidak sabar menunggu waktu makan siang.
Part III: Texas – Everything is bigger in Texas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah....mas ijal....
ReplyDeleteudah jauh perjalanan ya....
fiza bangga sama kamu....
blog yg enak ditatap....
bagi org jauh spt fiza terasa menikmati bersama pengalaman mas ijal ya....
selalu update ya,.. fiza bukak selalu...
bila2 lapang ziarah la blog fiza ya....
sini dulu yuk...
da.....
oh mak! ngeriiiiiiii.....
ReplyDeleteKa posting aju beu leu tentang amerika. .loen galak kubaca Mahrizal...
ReplyDelete